KAPITALISME DAN LIBERALISME: BENCANA BAGI KAUM PEREMPUAN
KAPITALISME DAN LIBERALISME: BENCANA BAGI KAUM
PEREMPUAN
[Al-Islam
502] Sistem
Kapitalisme sejatinya telah menghancurkan kehidupan manusia, termasuk kaum hawa
(perempuan). Dalam kungkungan sistem Kapitalisme saat ini kaum perempuan dalam
posisi serba salah. Di satu sisi mereka memikul amanah mulia menjadi benteng
keluarga; menjaga anak-anak dari lingkungan yang merusak sekaligus mengurus
rumah-tangga. Di sisi lain mereka pun harus ikut bertanggung jawab
‘menyelamatkan’ kondisi ekonomi keluarga dengan cara ikut bekerja mencari
nafkah tambahan, atau bahkan harus ‘menggantikan’ posisi sang suami yang—karena
imbas krisis ekonomi—terpaksa dirumahkan oleh perusahaan tempatnya semula
bekerja.
Akibat
himpitan ekonomi tidak sedikit perempuan lebih rela meninggalkan suami dan
anaknya untuk menjadi TKW, misalnya, meskipun nyawa taruhannya. Ribuan kasus
kekerasan terhadap mereka terjadi. Mereka disiksa oleh majikan hingga pulang
dalam keadaan cacat badan, bahkan di antaranya ada yang akhirnya menemui ajal
di negeri orang. Masih lekat dalam ingatan, bagaimana derita seorang TKW asal
Palu, Susanti (24 tahun), yang kini tak bisa lagi berjalan karena disiksa
majikannya (Liputan6.com,
9/3/2010).
Kapitalisme
pula yang telah menorehkan kisah pilu bagi para ibu, yang harus merelakan
bayinya di sandera pihak rumah sakit karena tak mampu membayar biaya
persalinan. Kemiskinan sistemik telah merampas hak seorang ibu untuk dekat
dengan anaknya. Fenomena ibu yang membunuh anaknya karena himpitan ekonomi pun
kerap terjadi. Pada 15/1/2010 lalu, seorang ibu muda di Jakarta bernama Amanda
(25 tahun), misalnya, membunuh anak kandungnya sendiri yang masih berusia 2,6
tahun di rumahnya (Vivanews.com,
16/1/2010).
Depresi
kerap menjadi alasan seorang ibu tega melakukan tindakan nekad seperti ini.
Bahkan ada yang berani mengakhiri hidupnya karena sudah tak sanggup lagi
menanggung derita dalam rumah tangga dan persoalan hidup yang kian menghimpit.
Di Selakau, seorang ibu muda bernama Syarifah (23 tahun) tewas gantung diri
karena depresi (Pontianakpost.com,
15/3/2010). Lagi-lagi motifnya karena kemiskinan yang telah diciptakan oleh
sistem Kapitalisme ini.
Maraknya
perdagangan perempuan dan anak-anak (trafficking) tak kurang riuhnya.
Pada Desember 2009 ditemukan 1.300 kasus perdagangan manusia dan pengiriman
tenaga kerja ilegal dari Nusa Tenggara Timur (Vivanews.com, 15/12/2009). Sekitar
10.484 wanita yang berada di Kota Tasikmalaya Jawa Barat rawan dijadikan korban
trafficking. Pasalnya, mayoritas di antara mereka berstatus janda serta
berasal dari kalangan yang rawan sosial dengan tarap ekonomi rendah (Seputar-indonesia.com,
1/4/2010). Di Kabupaten Cianjur Jawa Barat kasus trafficking dan KDRT
tercatat 548 kasus. Tidak sedikit dari mereka menjadi korban dan dipekerjakan
sebagai pekerja seks komersil (PSK) (Pikiranrakyat.com,
23/3/2010).
Kondisi ini
diperparah dengan munculnya gagasan gender equality (kesetaraan jender),
yakni upaya menyetarakan perempuan dan laki-laki dari beban-beban yang
menghambat kemandirian. Beban itu antara lain peran perempuan sebagai ibu:
hamil, menyusui, mendidik anak dan mengatur urusan rumah tangga. Lalu
berbondong-bondonglah kaum perempuan meninggalkan kodratnya. Mereka berlomba
mensejajarkan diri dengan laki-laki. Namun apa daya, begitu mereka memasuki
ranah publik, ekploitasi habis-habisan atas diri merekalah yang terjadi. Mereka
menjadi obyek eksploitasi sistem Kapitalisme yang memandang materi adalah segalanya.
Model, sales promotion girl, public relation hingga profesi
pelobi hampir senantiasa berada di pundak kaum perempuan. Mereka menjadi umpan
dalam mendatangkan pundi-pundi rupiah.
Akar Masalah
Setidaknya
ada dua faktor penyebab mengapa kondisi di atas bisa terjadi. Pertama:
faktor internal umat Islam yang lemah secara akidah sehingga tidak memiliki
visi-misi hidup yang jelas. Hal ini diperparah dengan lemahnya pemahaman mereka
terhadap aturan-aturan Islam, termasuk tentang konsep pernikahan dan keluarga, fungsi
dan aturan main di dalamnya. Kedua: faktor eksternal berupa konspirasi
asing untuk menghancurkan umat Islam dan keluarga Muslim melalui serangan
berbagai pemikiran dan budaya sekular yang rusak dan merusak, terutama paham
liberalisme yang menawarkan kebebasan individu. Paham ini secara langsung telah
menyingkirkan peran agama dalam pengaturan kehidupan manusia, sekaligus
menjadikan manusia bebas menentukan arah dan cara hidupnya, termasuk yang
terkait dengan hubungan antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan
keluarga.
Nyatalah apa
yang difirmankan Allah SWT:
]وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً
ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى[
Siapa saja
yang berpaling dari peringatan-Ku, sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit,
dan Kami akan menghimpunkannya pada Hari Kiamat dalam Keadaan buta (QS Thaha [20]: 124)
Umat ini
memang telah berpaling dari peringatan (hukum-hukum) Allah. Tak sedikit umat
Islam mencampakkan hukum Islam karena merasa malu atas tuduhan yang dialamatkan
oleh musuh-musuh Islam. Mereka secara sengaja mempropagandakan hukum Islam
sebagai ‘kolot’, ‘anti kemajuan’, ‘ekslusif’, ‘bias jender’ dan
gambaran-gambaran buruk lainnya. Sebagai gantinya, umat Islam justru didorong
untuk menerapkan berbagai aturan yang menjamin kebebasan individu, sekalipun
mereka tahu, bahwa aturan-aturan itu bertentangan dengan syariah agama mereka.
Tuduhan-tuduhan
konyol (bodoh) ini secara konsisten terus dialamatkan pada Islam melalui
peranan lembaga-lembaga internasional, terutama PBB yang hakikatnya merupakan
alat penjajahan Barat. Di antaranya memakai modus "perang melawan
terorisme", yang hakikatnya adalah perang melawan Islam.
PBB di bawah
ketiak kendali negara-negara Barat kapitalis sangat giat mengeluarkan berbagai
konvensi dan kesepakatan internasional terkait dengan isu HAM, kesetaraan
gender, dll. Di antaranya Deklarasi Universal HAM, Konvensi tentang Penghapusan
Kekerasan Terhadap Perempuan, Konvensi Internasional tentang hak-hak sipil dan
politik, MDGs, dan semisalnya. Pada dasarnya semua itu memiliki semangat
perjuangan dan target yang sama, yaitu tuntutan kebebasan (liberalisasi) dalam
segala hal, termasuk kebebasan dan kesetaraan laki-laki dan perempuan.
Islam
Mengancam Peradaban Barat
Konspirasi
Barat ini dilakukan tidak lain karena Islam dan umat Islam memiliki potensi
ancaman terhadap dominasi peradaban Barat (Kapitalisme global). Selain potensi
SDM yang sangat besar berikut SDA-nya yang melimpah, Islam dan umat Islam juga
memiliki potensi ideologis yang jika semua potensi ini disatukan akan mampu
mengubur sistem Kapitalisme global.
Di samping
itu, keluarga Muslim saat ini masih berfungsi sebagai benteng pertahanan
terakhir, yang menjaga sisa-sisa hukum Islam terkait keluarga dan individu,
setelah hukum-hukum Islam lainnya menyangkut aspek sosial dan kenegaraan
berhasil mereka hancurkan. Terpeliharanya sisa-sisa hukum-hukum Islam oleh
keluarga-keluarga Muslim ini pun masih menyimpan potensi besar dalam melahirkan
generasi-generasi pejuang yang menjadi harapan umat di masa depan. Inilah yang
mereka takutkan. Dari keluarga-keluarga Muslim ini akan lahir sosok Muslim
militan yang siap menghancurkan dominasi mereka atas dunia.
Itulah
mengapa mereka berupaya dengan sungguh-sungguh menghancurkan keluarga Muslim
dengan berbagai cara. Di antaranya dengan menjauhkan para Muslimah dari
cita-cita menjadi ibu atau dari penyempurnaan peran ibu. Secara sistemik,
diciptakanlah kemiskinan struktural melalui penerapan sistem ekonomi kapitalis
yang memaksa para ibu bekerja untuk menutupi kebutuhan keluarga dan karenanya
peran ibu tidak bisa optimal.
Selain itu,
mereka meracuni benak para Muslimah dengan berbagai pemikiran yang merusak,
semisal ide emansipasi, keadilan dan kesetaraan jender serta kebebasan.
Akibatnya, para Muslimah lebih tertarik beraktivitas di ranah publik (luar
rumah) dan malah merasa rendah diri jika sekadar berperan sebagai ibu rumah
tangga. Dampak lanjutannya, lahirlah generasi tanpa bimbingan dan pengasuhan
optimal para ibu.
Apa yang
menjadi tujuan semua konspirasi Barat kafir sesungguhnya sangat jelas, yakni
merusak identitas keislaman kaum Muslim, menghapus militansi ideologis mereka
dan melemahkan daya juang umat Islam. Dengan cara ini, target besar mereka akan
terwujud, yakni menghambat gerakan mengembalikan Khilafah Islamiyah yang memang
sudah menggejala di seluruh dunia. Apalagi sebagaimana prediksi RAND
Corporation (lembaga intelejen AS), ada kemungkinan pada tahun 2020 peta
politik global disemarakkan dengan bangkitnya Kekhilafahan baru. Karenanya, AS
sebagai motor Kapitalisme global sedini mungkin berupaya memperkecil
kemungkinan tersebut dengan berbagai cara.
Apa yang
Harus Dilakukan?
Jelas, upaya
liberalisasi berlangsung sangat sistematis; melibatkan berbagai pihak, mulai
dari pihak negara-negara kapitalis sebagai konspiratornya, para kapitalis
sebagai penyandang dananya, serta LSM liberal/gender dan pemerintah bertindak
sebagai EO-nya. Karena itu, upaya strategis yang harus dilakukan untuk
menghadapi berbagai konspirasi asing dalam penghancuran keluarga Muslim adalah
mengajak umat untuk bersegera meninggalkan sistem liberal sekular ini,
dengan cara melakukan pencerdasan umat dengan Islam kâffah. Targetnya
adalah agar tercipta profil Muslim dan Muslimah tangguh yang siap berjuang
melakukan perubahan sistem menuju tegaknya syariah Allah SWT dalam naungan
Khilafah. Lebih khusus lagi, agar kaum Muslimah menyadari betapa besar
investasi yang disiapkan jika mampu secara maksimal menjalankan fungsi utamanya
sebagai “umm[un] wa rabbah al-bayt” (ibu dan manajer rumah tangga).
Fungsi utama ini akan menjadi hulu bagi lahirnya generasi utama yang akan
mengguncang sekaligus meruntuhkan dominasi kafir Barat dengan peradaban
sampahnya. Ingatlah firman Allah SWT:
]قُلْ يَا قَوْمِ اعْمَلُوا عَلَى مَكَانَتِكُمْ إِنِّي
عَامِلٌ فَسَوْفَ تَعْلَمُونَ مَنْ تَكُونُ لَهُ عَاقِبَةُ الدَّارِ إِنَّهُ لا
يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ[
Katakanlah,
"Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu, sesungguhnya aku pun berbuat.
Kelak kamu akan mengetahui, siapakah (di antara kita) yang akan memperoleh
hasil yang baik dari dunia ini. Sesungguhnya orang yang zalim itu tidak akan
mendapat keberuntungan." (QS al-An’am [6]: 135).
Sesungguhnya
kewajiban memperjuangkan Islam adalah konsekuensi keimanan kita kepada Allah
SWT. Kita semua tak akan bisa menghindar dari misi mulia ini, kecuali jika kita
siap menghadap-Nya tanpa hujjah. Semoga kita semua termasuk yang bisa
kembali ke haribaan-Nya dengan membawa hujjah yang nyata. Dengan begitu,
di akhirat nanti, kita layak bersanding dengan Rasulullah saw. tercinta dan
barisan para pejuang radhiyallâhu ‘anhum. Wallâhu a’lam. []
Sumber:http://hizbut-tahrir.or.id/2010/04/13/kapitalisme-dan-liberalisme-bencana-bagi-kaum-perempuan/
Komentar
Posting Komentar
Komentarlah yang sopan